Fakultas Pertanian Unhas Wadahi Seminar Nasional dan Sosialisasi Karantina Pertanian Bertajuk, “Implementasi Smart Plant Protection Menuju Pertanian Modern”

Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Dies Natalis Unhas ke-66, Program Studi Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian bersama Badan Karantina Pertanian (Barantan) secara kolaboratif realisasikan Seminar Nasional dan Sosialisasi Karantina Pertanian dengan tajuk, “Implementasi Smart Plant Protection Menuju Pertanian Modern” di Aula Prof. Fachruddin, Gedung Lantai 1 Pascasarjana Unhas, Kamis (8/9/2022).

Kegiatan dibuka dengan sambutan Dekan Fakultas Pertanian, Prof. Dr. Ir. Salengke, M.Sc yang mengungkapkan kekhawatirannya terhadap aspek hama dan penyakit yang suatu waktu dapat melanda tanaman. Ia mencontohkan bahwa saat ini pertanian sedang dilanda ulat yang menyerang tanaman jagung.

“Apa yang kita akan bahas dalam seminar ini adalah sesuatu yang sangat penting untuk menjaga keberlangsungan produksi, keberlangsungan pertanian di negara kita. Sebagaimana yang kita ketahui, salah satu aspek yang sangat berpengaruh terhadap produksi itu adalah aspek hama dan penyakit, dan untuk menghindari menghindari terjadinya itu maka pintu masuk yang pertama adalah karantina,” tuturnya.

Rektor Universitas Hasanuddin Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc yang menyempatkan diri untuk membuka acara menekankan bahwa pertanian merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia. Ia mengatakan bahwa topik seminar smart system merupakan topik yang sangat penting untuk memproteksi bukan hanya untuk kebutuhan proteksi tanaman tetapi juga untuk ketahanan pangan agar Indonesia bertahan sebagai negara yang memiliki kemampuan pertanian yang tangguh.

“Saya sangat sadari bahwa kebutuhan sains, kebutuhan tekniologi, kebutuhan inovasi itu sangat penting,” ujarnya.

Beliau mengimbau agar seluruh peserta yang hadir dapat memanfaatkan ilmu yang didapat dari seminar implementasi smart plant protection. Ia mengatakan untuk tidak hanya fokus pada ilmu pertanian tetapi juga mempelajari ilmu lain yang mungkin saja dapat diterapkan dalam konsep pertanian. Dengan mempelajari ilmu lain, ia berharap para peserta bisa mendapatkan inovasi-inovasi baru di dalam mencegah atau membuat sesuatu yang dapat membantu dalam hal proteksi pertanian.

Adapun tiga narasumber yang hadir dalam kegiatan seminar dan sosialisasi karantina pertanian adalah Kepala Pusat Kepatuhan, Kerja Sama, dan Informasi Perkarantinaan, Ir. Junaidi, MM dengan materi seminar, “Peran Badan Karantina Pertanian Wujudkan Gratieks untuk Pertanian Indonesia Maju, Mandiri, dan Modern,” Dosen Teknik Unhas Dr. Indrabayu, S.T., M.T., M.Bus.Sys dengan materi “Implementasi Artificial Intelligence dalam Pencegahan Penyebaran Penyakit,” serta Dosen Pertanian Unhas Prof. Dr. Ir. A. Nasruddin, M.Sc dengan materi seminar, “Penemuan Spesies Baru OPT pada Beberapa Komoditi Tanaman di Sulawesi Selatan.”

Junaidi sebagai kepala pusat karantina menjabarkan bahwa salah satu tugas Badan Karantina Pertanian adalah untuk melakukan pengawasan dan/atau pengendalian terhadap keamanan pangan dan mutu pangan termasuk pada tanaman langka yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia.

Ia menambahkan bahwa sebagai salah satu penghasil bahan pangan terbesar di dunia, menteri pertanian secara langsung memberikan instruksi kepada Barantan untuk turut membantu dalam peningkatan ekspor bahan pangan.

Indrabayu selaku Dosen Informatika, Fakultas Teknik Unhas dalam kesempatan yang sama memperkenalkan teknologi yang dapat memantau estimasi kesiapan dan hasil panen buah dalam perkebunan. Selain itu diperkenalkan pula alat yang dapat mengukur tingkat kematangan buah hasil panen.

Dalam penjelasannya, Indrabayu turut memebenarkan pernyataan rektor bahwa ilmu tidak seharusnya dibiarkan berjalan sendiri-sendiri, tetapi sebaiknya dilakukan kolaborasi agar mampu menciptakan inovasi-inovasi terbaik.

Sebagai narasumber terakhir, Prof Nasruddin memaparkan tentang berbagai hama yang menyerang beberapa tanaman di Sulawesi Selatan. Ia menyampaikan kekhawatirannya terhadap keberlangsungan sistem pertanian Indonesia khususnya Sulawesi Selatan. Salah satu contohnya adalah hama yang memperpendek usia produktif tanaman sehingga dapat menurunkan jumlah produksi.

“Perlu juga dipantau secara berkala status keberadaan hama-hama ini atau penyakit ini, apakah masih ada di lapangan, apakah masih merusak, atau sudah tidak ada lagi,” tambahnya sebelum mengakhiri presentasi.